Mengupas Masalah Utama Boston Celtics di Playoffs Musim Ini

Tereliminasinya Boston Celtics di postseason musim ini membuat Danny Ainge harus berpikir keras untuk mencari potongan puzzle yang dibutuhkan oleh tim.

The Amateurs.
The Amateurs

--

(Foto: Boston Celtics)

Boston Celtics yang diunggulkan untuk melesat ke NBA Playoffs Finals setelah menumbangkan sang juara bertahan Toronto Raptors, harus takluk oleh tim muda Miami Heat besutan Erik Spolestra 4–2 dalam seri best of seven pada NBA Eastern Conference Finals musim ini.

Di satu sisi, ketika musim 2019/20 baru bergulir dengan hampir setengah dari roster asuhan Brad Stevens adalah rookie, tidak ada yang menyangka tim ini akan melaju jauh dan bermain sekompetitif yang ditunjukan selama tiga seri playoffs yang mereka jalani. Mulai dari sapu bersih melawan Philadelphia 76ers, kemenangan susah payah atas Toronto Raptors, sampai kekalahan pahit melawan Heat. Tapi di sisi lain, kalah tetap saja kalah. Penyetelan ulang rasanya menjadi sebuah keharusan ketika satu tim sudah mencapai panggung final wilayah tiga kali dalam empat tahun terakhir tapi tanpa sekalipun lolos ke tanah perjanjian, NBA Finals.

Apa yang menjadi masalah utama?

Sedari regular season, rasanya semua fans yang mengumandangkan tagar #BleedGreen sadar bahwa kelemahan utama tim ada di posisi center. Sepeninggalan Al Horford dan Aron Baynes, kemampuan Celtics membuka jalur paint area untuk para wing-nya dengan memanfaatkan kemampuan menembak tiga angka kedua big man berkurang.

Melihat susunan pemain Celtics, banyak orang bisa langsung paham bahwa tim ini ingin bermain lebih fleksibel dengan mengandalkan Jaylen Brown dan Jayson Tatum sebagai pendulang poin utama, dibantu oleh veteran dalam diri Kemba Walker dan Gordon Hayward. Pemilihan Daniel Theis sebagai center yang dipertahankan ketimbang Baynes rasanya “hanya” untuk menutupi kelemahan di sisi bertahan ketika skema pick and roll yang membuat center harus berhadapan dengan lawan yang lebih kecil dan lebih lincah sehingga dibutuhkan kaki yang lebih cepat untuk mengimbangi pergerakan itu.

Di dua seri awal, masalah ini sepertinya sudah tidak lagi relevan ketika melihat Theis, Robert Williams II, Enes Kanter, dan Grant Williams sangat bisa mengimbangi permainan Joel Embiid dan Marc Gasol di paint area. Ditambah jarangnya pergerakan bolayang berporos di elbow dari kedua semifinalis wilayah timur musim lalu semakin membutakan Celtics akan kebutuhannya di posisi big man.

Datanglah match up melawan Miami Heat.

Sebelum seri ini dimulai, saya bertanya-tanya di dalam hati. “Kenapa begitu banyak yang menjagokan Celtics ketimbang Heat?” Terlepas dari peringkat kedua tim di musim reguler dan talenta yang mengisi Celtics, Heat adalah salah satu tim dengan pergerakan tanpa bola paling apik yang pernah saya lihat. Saya tidak ingat banyak tim dengan level bermain seperti itu selain Golden State Warriors dua atau tiga musim lalu. Bahkan level yang sama sudah ditunjukan oleh mereka sejak regular season.

Menghadapi lawan yang menjadikan zone defense sebagai pilihan skema bertahan utama, Celtics dibuat tidak berdaya karena tidak mempunyai sosok center kreatif yang bisa menjadi poros permainan lewat operan kick out atau hand off dari area elbow. Daniel Theis juga bukan seorang mid-range jumper yang bagus sehingga tidak dapat berbuat banyak ketika mendapat ruang lebih di tengah.

Kembalinya Gordon Hayward sehabis cedera pergelangan kaki yang diharapkan bisa mengisi kekurangan dalam hal mengeksekusi mid-range shot juga tidak begitu terlihat. Di sisi pertahanan, Bam Adebayo yang begitu agresif membuat Theis maupun big man cadangan Celtics sering ditarik keluar lapangan lebih awal karena foul trouble. Belum lagi kemampuan playmaking Adebayo seringkali berbuah mismatch antara center Celtics dengan guard atau forward Heat yang lebih kecil. Ini membuat situasi semakin sulit untuk Celtics.

Satu masalah membawa kamu ke masalah lain.

Lagi-lagi pertahanan Heat memaksa Celtics bermain di luar kapasitasnya. Pemanfaatan ruang di weakside akibat posisi bertahan yang tidak seimbang mestinya menjadi senjata paling ampuh untuk menghancurkan zone defense. Alih-alih melakukan serangan ke sisi dalam seperti yang dilakukan di pertandingan ketiga dan kelima, Celtics lebih sering jatuh cinta dengan garis tiga angka di sepanjang seri dan membuat mereka mengambil tembakan inefisien. Terdengar familiar? Ya, itu merupakan masalah utama mereka musim lalu. Jayson Tatum dan Jaylen Brown adalah pencetak angka mumpuni, tapi bukan penembak tiga angka yang jitu.

Jadi, apa yang paling dibutuhkan?

Mencari center dengan kemampuan menginisiasi serangan lewat pertukaran harus menjadi prioritas utama. Selanjutnya, datangkan penembak jitu lewat draft pick akan menjadi faktor X Celtics musim depan.

Yang pasti, in Danny Ainge we trust!

Gideon Arya Juanda Winanta is a final-year student at one of the hospitality campuses in Jakarta, who is passionate about sports. Following the NBA regularly since 2017, he also started watching American Football and Ice Hockey last year. He currently rooting for teams with green jerseys which are the Boston Celtics, Philadelphia Eagles, Dallas Stars, and Oakland Athletics.

You can follow him on Instagram: @gwinanta and Twitter: @ggwinanta to know more about his personal life and thoughts.

--

--

The Amateurs.
The Amateurs

A sports blog from an amateur’s perspective.